Memimpin Mimpi

Tuesday, October 09, 2012

Sebulan sudah saya menyandang peran baru sebagai editor-in-chief atau dalam bahasa Indonesia berarti pemimpin redaksi. Ini adalah pekerjaan tersulit yang pernah saya rasakan. Selain tanggung jawab yang besar, baru kali ini saya harus memimpin sebuah tim. Bisa dibilang saya tipikal yang senengnya mengikuti apa kata atasan, pokoknya yang penting pekerjaan beres, tapi sekarang saya yang harus bisa mengatur semua urusan demi kelancaran kerja bersama.

Bingung saat pertama kali harus duduk di kursi ini, saya tahu porsi saya sebatas membuat ide kreatif tapi nyatanya it's more than that. Ini tentang kesiapan mental, ya sebuah peran yang tidak saya sangka ternyata harus dihadapi dengan hati seluas samudra (haha berlebihan). But seriously, iya ternyata butuh melapangkan dada dan menjernihkan pikiran untuk selalu positif.

Dulu jaman saya bekerja kantoran jadi anak buah, biasanya mudah mengeluhkan sistem kerja yang tidak sesuai atau gampangnya ya kesal kalau pekerjaan tidak pas porsinya. Intinya saya mungkin mudah mengeluh dan tidak mau tahu bagaimana caranya masalah diluar kendali saya harus bisa diselesaikan agar pekerjaan lancar. Yup memang saya akui saya hanya tipe pekerja yang duduk diam menunggu ada perubahan pekerjaan.

Saya juga tipe yang lebih senang bekerja asyik sendiri dibelakang layar daripada harus tampil, seperti misalnya presentasi. Pokoknya suka malas kalau disuruh sukarela jadi yang di depan. Well it was my personality a few years ago.

Selesai bekerja kantoran, akhirnya bekerja wirausaha sebagai tim. Bisa dibilang posisinya sama dengan partner kerja, jadi ketika sharing masih bisa santai untuk mengutarakan the do's and the dont's. Pokoknya keluh kesah masih bisa dijalankan bersama. It was waay easier for me. Until, I was pointed to fill that hot seat.

Jujur, ketika saya ditunjuk menjadi pemred, yang ada dibenak saya adalah bagaimana harus survive dan struggle menghadapi emosi saya sendiri. Ini tantangan terberat dalam hidup. Biasa curhat sesama pekerja membahas atasan, laaah ini terpilih menjadi atasan lalu harus curhat sama siapa ya?? Iya saya ingat betul hari pertama kerja, ketika saya mendengarkan harapan anak buah saya tentang perusahaan ini dan bagaimana sudut pandang dia tentang pekerjaannya, saya langsung panik (panik dalam hati). Iya saya takut salah ngomong dan berjanji, atau salah menginterpretasikan maksud yang disampaikan. Pokoknya disitu adalah satu titik dimana saya harus bisa memberikan jalan keluar. Pokoknya sejelek apapun kerjaan saya nanti jangan sampai mengecewakan, intinya memang tidak diperbolehkan jelek, titik!

The first day at work, saya merasa seperti memikul semua beban. Harus meninggalkan anak karena bekerja seharian, tidak bisa intens berkomunikasi dengan suami, dan terakhir harus menyenangkan banyak pihak. Ya itu dia yang terakhir, semua harus merasa terpenuhi kebutuhannya. Kadang kalau dipikir lagi, berat sekali posisi saya, cuma saya tahu kalau dipikirkan hanya akan membuat langkah semakin sulit. Jadi saya pun mendadak merasa ada yang telah berubah dalam diri ini.

Saya merasa punya hati yang jauh lebih kuat dan kulit yang makin tebal alias tidak boleh lagi ada kata malu untuk tampil di publik. Biasanya setiap malam mengutarakan isi hati kepada suami karena capek perjalanan pulang/pergi minimal 1,5 jam, tapi makin kesini malah semangat ingin cepat ke kantor lagi, padahal baru sampai rumah. Dulu sering telat sekarang sebisa mungkin berangkat pagi (ini karena harus beresin rumah dulu). Seperti rindu dengan kantor, ingin bisa memberikan yang terbaik bagi semuanya (atau ya mungkin saya takut mengecewakan).

Tidak cuma itu, saya juga menjadi orang yang lebih banyak mendengarkan dan menyerap keluhan, sekaligus berusaha tidak ingin mengeluh karena artinya tidak bisa memberikan solusi. Hidup 1 bulan ini betul-betul mengubah pribadi saya, terasa seperti ditampar dan dibangunkan sisi lainnya. Tanggung jawab itu bukan hanya urusan pekerjaan beres tapi bagaimana belajar untuk bisa menyelesaikan dengan berkesan. Ibarat bikin PR, yang kita kerjakan bukan hanya menjawab soal tapi ya bisa bikin guru kita ingat betapa berkesannya jawaban kita.

Fifi yang dulunya ngeluh ini itu, sekarang harus bermental baja menahan diri jangan sampai menyebarkan suasana tidak mengenakan di mata orang. Harus bisa membuat mindset positif dan sebisa mungkin memendam dan mengunci rapat masalah pribadi. Iya jangan tanya deh urusan masalah sih banyaaaaaakkkk sekali, tapi ya cukup saya, suami dan Allah yang tahu. Tidak mudah tapi belajar mengurangi sedikit-sedikit, karena berubah total ya tidak instan.

Mimpi tidak pernah mati, dia ada karena kita terus berusaha mewujudkannya. Jalan saya kesana tidak mudah, tapi saya rela hidup ini berubah. Saya mengalah pada perasaan sendiri, agar mereka tidak menyerah.

Memimpin mimpi.

  • Share:

You Might Also Like

12 comments

  1. Fifi, sukses ya :), dalam keluarga dan karya cipta.
    Nggak sabar nunggu terbit perdana Laiqa-nya.
    Ini posting paling ngena banget, meskipun gue nggak kerja, cuma di rumah dengan 1 anak usia 5 tahun and hampir 1 tahun, tapi serius deh, bagian "manampung keluhan dan nggak ngeluarin aura negatif" itu kena banget, jadi bahan merenung banget.

    Pokoknya, sukses ya, Fi :)

    @linalinsky
    _linsky: yg tadi nanya inner ��

    ReplyDelete
  2. Very insipiring mba Fifi... Semangat!!!

    ReplyDelete
  3. wah keren banget k fifi.
    aku sebelas-duabelas nih sama kakak alias suka ngeluh, duduk diem, dan ga peduli yg lain, yg penting kerjaan beres hehehe #jadicurhat
    Motivasi baru nih buat aku.. Thx ya kaaa :)

    Semangat!!!

    ReplyDelete
  4. be strong fifi,hang on dont dream is over..

    ReplyDelete
  5. Such an inspiring writing...
    I adore u, Fifi :)

    ReplyDelete
  6. Mimpi tidak pernah mati, dia ada karena kita terus berusaha mewujudkannya. Jalan saya kesana tidak mudah, tapi saya rela hidup ini berubah. --> bagus banget mba kata2nya, saya jadi keikut termotivasi bacanya : ) Goodluck, bismillah buat kita semua ya mba yg terus berusaha mewujudkan mimpi jadi kenyataan : )

    ReplyDelete
  7. senang sekali bisa bekerja dari hati dan mempunyai mimpi yg ingin diwujudkan..saat ini saya bekerja masih sekedar money oriented.. ingin sekali saya bisa menemukan passions saya.. bisa bekerja dari hati dan tanpa merasakan lelah :) ada tips?

    eh..salam kenal mbak vivi :)

    ReplyDelete
  8. Terima kasiiiih semua :)
    Smoga bisa membantu info blognya ya..

    ReplyDelete
  9. makasih banyak atas semua info nya ,,,,,,,,,

    ReplyDelete
  10. Hup. Menyenangkan Deh bacanya...

    ReplyDelete